Selama bertahun-tahun, banyak orang yang menjadi saksi cahaya misterius di langit yang muncul sebelum dan ketika gempa Bumi terjadi. Kini, terungkap sudah penyebab munculnya cahaya misterius tersebut.
Selama ini, kemunculan cahaya berbentuk bola api di langit sebelum terjadi gempa Bumi selalu menjadi misteri besar bagi para ilmuwan. Akhirnya, tim ilmuwan dari NASA Ames Research Center dan San Jose State University serius mencari jawabannya.
Cahaya gempa di Mexico
Untuk menelusuri asal-muasal cahaya misterius itu, para ilmuwan meneliti 65 penampakannya selama 400 tahun terakhir. Lalu, ditemukan jawaban bahwa cahaya misterius itu berasal dari dalam kerak Bumi, melansir Science Recorder.
Para ilmuwan mengidentifikasi adanya arus listrik yang mengalir ke luar dari beberapa jalur patahan gempa Bumi. Kemudian, masing-masing listrik dari sisi patahan itu saling tarik-menarik dan menciptakan bola api di langit.
Untuk diketahui, rata-rata gempa Bumi terjadi pada zona subduksi, tempat tabrakannya lempeng samudera dan lempeng benua. Tapi, kemunculan listrik itu bukan dari zona subduksi, melainkan dari jalur patahan yang ada di lempeng benua.
"Di jalur patahan lempeng benua sangat rawan terjadi gesekan ekstrem, karena akan membentuk palung yang sangat curam. Gesekan ekstrem itu membentuk listrik yang mengalir sampai permukaan Bumi dan menciptakan kilatan cahaya setelah terionisasi di udara," jelas Friedemann Freund peneliti dari NASA Ames Research Center.
di langit kota L'Aquila, Itali
Sebelumnya, para ilmuwan tidak yakin adanya cahaya misterius yang muncul sebelum terjadi gempa Bumi, dan belum ada laporan ilmiah yang menjelaskan tentang itu.
Tapi, pandangan itu berubah ketika pada tahun 2007 lalu sebuah kamera berhasil merekam kemunculan dua bola cahaya di langit kota L'Aquila, Itali, dan di kota Pisco, Peru, sesaat sebelum terjadi gempa.
Kejadian itu yang kemudian langsung menginspirasi tim ilmuwan dari NASA Ames Research Center dan San Jose State University untuk mencari tahu asal-muasal cahaya misterius tersebut.
Hasil penelitian ini sudah diterbitkan di Jurnal Seismology Research Letters pada 2 Januari 2014.
Sumber :
viva
0 komentar:
Posting Komentar