Ini mungkin hanya skenario. Tapi lumayan jadi trending topic di beberapa forum luar, karena mengandung pelajaran, sekaligus sindiran tentang betapa korupsi sudah menjalar ke berbagai bidang. Ok, begini ceritanya...
Dalam sebuah perampokan bank, para perampok mengingatkan semua sandera, "Jangan bergerak. Kehilangan uang di bank ini nggak akan berpengaruh banyak buat kalian. Serahkan saja pada kami, lebih baik sayangilah nyawa kalian!"
Dalam sebuah perampokan bank, para perampok mengingatkan semua sandera, "Jangan bergerak. Kehilangan uang di bank ini nggak akan berpengaruh banyak buat kalian. Serahkan saja pada kami, lebih baik sayangilah nyawa kalian!"
Foto ilustrasi / mcneillifestories |
Ini bukan sekadar ancaman. Ini disebut Merubah Paradigma. Cara berpikir otak akan mudah terpengaruh dalam tekanan tertentu.
Ketika teller wanita merasa ketakutan yang berlebihan, perampok berkata, "Tenang saja nona. Isi saja semua kantong dengan uang. Kami ke sini untuk merampok, bukan memperkosa."
Ini disebut Profesionalitas. Para perampok bank hanya bertujuan menjarah semua uang dan benda berharga. Tujuan mereka tidak boleh teralihkan, karena bisa mengacaukan misi.
Begitu para perampok kabur dan kembali ke markas. Salah satu anggota - baru lulus dari pendidikan tinggi - meminta kepada pimpinan mereka (yang hanya lulusan SD) agar menghitung uang segera dan dibagikan merata.
Ketika teller wanita merasa ketakutan yang berlebihan, perampok berkata, "Tenang saja nona. Isi saja semua kantong dengan uang. Kami ke sini untuk merampok, bukan memperkosa."
Ini disebut Profesionalitas. Para perampok bank hanya bertujuan menjarah semua uang dan benda berharga. Tujuan mereka tidak boleh teralihkan, karena bisa mengacaukan misi.
Begitu para perampok kabur dan kembali ke markas. Salah satu anggota - baru lulus dari pendidikan tinggi - meminta kepada pimpinan mereka (yang hanya lulusan SD) agar menghitung uang segera dan dibagikan merata.
Sang pimpinan yang lulusan SD itu menjawab, "Tenang kawan, jangan bodoh. Menghitung dan membagi-bagi sekarang sangat bahaya. Kita endapkan dulu, lihat berita di tivi agar tahu situasi."
Ini disebut Pengalaman. Di jaman sekarang, pengalaman lebih penting daripada selembar kertas ijazah.
Ini disebut Pengalaman. Di jaman sekarang, pengalaman lebih penting daripada selembar kertas ijazah.
Sementara itu.... kondisi di bank setelah dirampok.
Manager bank melaporkan pada pimpinan pusat agar segera memberi rincian kerugian pada polisi. Namun pimpinan pusat memberi perintah balik, "Tambahkan 150 juta dalam laporan!"
Manager bank pun menambahkan 170 juta! Artinya 20 juta masuk ke kantong pribadinya.
Hari berikutnya, reporter tivi mengumumkan berita, "Dalam kasus perampokan Bank A kemarin, pihak yang berwajib merilis kabar pers bahwa kerugian ditaksir mencapai 200 juta."
Manager bank melaporkan pada pimpinan pusat agar segera memberi rincian kerugian pada polisi. Namun pimpinan pusat memberi perintah balik, "Tambahkan 150 juta dalam laporan!"
Manager bank pun menambahkan 170 juta! Artinya 20 juta masuk ke kantong pribadinya.
Hari berikutnya, reporter tivi mengumumkan berita, "Dalam kasus perampokan Bank A kemarin, pihak yang berwajib merilis kabar pers bahwa kerugian ditaksir mencapai 200 juta."
Foto ilustrasi / fbi |
Para perampok yang menyaksikan berita tivi kegirangan. Mereka pun mulai menghitung hasil jarahan. Ternyata hasilnya hanya 30 juta. Sang pemimpin pun geram, "Sialan! Kita yang bekerja bertaruh nyawa tapi pihak Bank tetap untung besar. Memang lebih baik sekolah sampai sarjana!"
Inilah yang disebut Pengetahuan Lebih Berharga dibanding Harta Karun.
Sementara pihak bank tertawa puas. Kerugian mereka diganti pihak asuransi. Pasar saham aman berkat peristiwa perampokan. Manager bank pun senang karena rekeningnya bertambah kembung.
Inilah yang disebut Kejahatan Kerah Putih.
Nah, jadi pertanyaanya: Siapa perampok sebenarnya, dan bagaimana paradoks dalam sistem pendidikan yang terjadi di dunia nyata?
Catatan:
Kami tidak menerjemahkan artikel asli dalam bahasa Inggris, melainkan disesuaikan dengan kondisi di sini. Ada idiom yang sulit dicari padanan ke bahasa Indonesia seperti misalnya "swimming with the tide" (berenang di arus pasang) menggambarkan manager bank yang memanfaatkan situasi, "mengambil kesempatan dalam kesempitan" tapi kurang enak di telinga kita. Semoga maklum :)
Inilah yang disebut Pengetahuan Lebih Berharga dibanding Harta Karun.
Sementara pihak bank tertawa puas. Kerugian mereka diganti pihak asuransi. Pasar saham aman berkat peristiwa perampokan. Manager bank pun senang karena rekeningnya bertambah kembung.
Inilah yang disebut Kejahatan Kerah Putih.
Nah, jadi pertanyaanya: Siapa perampok sebenarnya, dan bagaimana paradoks dalam sistem pendidikan yang terjadi di dunia nyata?
Catatan:
Kami tidak menerjemahkan artikel asli dalam bahasa Inggris, melainkan disesuaikan dengan kondisi di sini. Ada idiom yang sulit dicari padanan ke bahasa Indonesia seperti misalnya "swimming with the tide" (berenang di arus pasang) menggambarkan manager bank yang memanfaatkan situasi, "mengambil kesempatan dalam kesempitan" tapi kurang enak di telinga kita. Semoga maklum :)
0 komentar:
Posting Komentar